Cahaya Cinta itu Nyata Ada

Pesona Indonesia seakan tak pernah habis, mulai dari lokasi wisata yang kece sampai kuliner yang ribuan jumlahnya. Indonesia juga punya dunia hiburan yang begitu banyak jenisnya, mulai dari yang tradisional hingga modern. Perfilman Indonesia, merupakan hiburan karya anak bangsa yang tak pernah berhenti. Saya memilih artis idola setelah melihat
kualitas aktingnya di layar lebar maupun layar kaca, bukan semata paras atau berbau SARA. Salah satu aktris Indonesia yang saya suka sekali dengan aktingnya adalah Yuki Kato. Ya, dalam sinetron maupun FTV selalu dapat menjiwai karakternya, selalu memukau. Sabtu, 15 Oktober 2016 saya dan teman-teman dari komunitas Tau Dari Blogger nonton bareng dan gathering dengan ASPIRASI atau Asosiasi Penulis dan Inspirator Seluruh Indonesia. Mulai pukul 11:00 WIB – selesai, bertempat di XXI Djakarta Theatre, Thamrin. Gala premier ini juga dihadiri Ustadz Yusuf Mansyur dan Harianto Tian sebagai produsernya.

Lho, tadi, kan, bahas Yuki Kato, kenapa jadi Gala Premier?
Jadi, hari itu adalah Gala Premier film bioskop Indonesia berjudul Cahaya Cinta Pesantren yang dibintangi Yuki Kato sebagai Marsila Silalahi yang berasal dari Medan. Dua personil BLINK, Febby sebagai Sherly Amanda asal Malaysia, dan Sivia sebagai aisyah asal Minang, ada Vebby Palwinta sebagai Cut asal Aceh. Film ini juga ada sentuhan komedi dengan hadirnya Rizky Febian sebagai Abu, Original Soundtrack juga diisi dengan single terbarunya yang berjudul "Penantian Berharga".

Keinginan Marsila masuk SMA negeri tidak terlaksana, dan orang tuanya tidak mampu untuk membiayainya di SMA swasta membuat Yuki Kato mengalami petualangan di Pondok Pesantren, dan di sana Marsila bertemu Fachri Muhammad yang berperan sebagai Rifky. Kisah keluarga, persahabatan, cita-cita dan cinta ada semua di film Cahaya Cinta Pesantren.

Tabah Penemuan dalam film ini membuat saya berurai air mata, perannya sebagai seorang Ayah yang hebat, mengajarkan anaknya tentang keikhlasan, ayah yang mengerti dan memahami perasaan anak perempuannya. Hahaha.... berkali-kali saya mengusap rasa terharu itu. Entah apa, hanya saja film besutan sutradara Raymond Handaya ini betul-betul menceritakan kejadian umum yang kadang tak disadari. Perdebatan anak dan orang tua, keputusan yang dirasakan adalah suatu ketidakadilan, celah yang selalu ada dalam persahabatan, semangat menjadi apa yang kita impikan, dan sebuah penantian cinta yang tercipta untuk kita. Peran Elma Theana sebagai ibu Marsila mencerminkan pribadi seorang ibu pada umumnya, peduli, perhatian, egois, tahu apa yang harus dilakukan untuk keluarganya.

Jika diperhatikan, Cahaya Cinta Pesantren sedikit mirip dengan sinetron Pesantren dan Rock n Roll yang pernah tayang di SCTV. Berlatar belakang pondok pesantren, kekonyolan-kekonyolan yang terjadi dan dialami oleh para santri. Saya, sih, suka film sejenis ini, enggak bertele-tele dan memang masuk akal. Bukan saya promosi tapi film yang berdurasi selama dua setengah jam ini benar-benar berisi. Tidak hanya sekadar karya, tapi juga sarat makna, banyak pelajaran yang bisa diambil. Siap-siap ajak keluarga nonton film Cahaya Cinta pesantren yang segera tayang di bioskop Oktober ini.






Note:
"Kau mungkin sering berbeda pendapat dengan ibumu, tapi dia tahu yang terbaik untuk semuanya. Kau mungkin merasa jauh dengan ayahmu, tapi sungguh, dia yang paling rela mematahkan sayapnya untukmu. Sahabatmu bukan malaikat, mereka tak pernah tahu apapun yang tak kau sampaikan. Satu lagi, dia yang tercipta untukmu akan selalu untukmu, apapun yang terjadi". ~WD~

Komentar