Pemberdayaan Dompet Dhuafa ada di Yogyakarta? Sebelah mana?

 

Aksara Jawa di Pelataran Malioboro Mall (dokpri)

Yogyakarta, kota yang terkenal dengan keindahan budayanya. Kota yang membuat banyak orang ingin kembali, jatuh cinta, menjadikannya sebagai rumah kedua. Yogyakarta, memiliki pagi hari yang menyenangkan, siang yang ramai, dan malam yang dirindukan. Bukan melulu tentang pusat kota, Yogyakarta lebih dari pada pusat perbelanjaannya, tetapi setiap sudutnya memiliki ceritanya masing-masing, menyimpan pesan yang selalu membawa rasa senang.

Pedukuhan Polaman, Argorejo, Sedayu, Bantul. Membentang pesawahan yang hijau, ingin rasanya kupeluk aura menyejukkannya itu. Tapi tunggu! Ada yang berbeda. Kenapa ada sawah yang tidak seperti sawah pada umumnya? Terbentang jaring di atasnya, dibuat jalanan dari susunan bambu, juga ada jarak di setiap petak sawahnya? Berbentuk kolam mengelilingi dan berisi ikan-ikan yang hidup di sana.

(dokpri)

 Oh, Mina Padi. Tertulis pada papan namanya. Mina adalah ikan, dan kenapa dia ada di sana?

(dokpri)

Menurut Mas Nuryanto, ini adalah salah satu usaha mensejahterakan petani. Selain menanam padi, bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan petani? Jadilah Mina Padi yang didanai oleh Dompet Dhuafa. Lahan sawah yang biasa diubah menjadi kolam dalam dan dengan sistem tajarwo atau tanam jajar legowo, maksudnya di sini adalah layout atau posisi padinya.

Mas Nuryanto (dokpri)

Mina Padi ternyata juga dijadikan ekowisata, lumayan sering dikunjungi siswa-siswa untuk belajar. Ikan yang digunakan di sini adalah ikan nila, karena menurut Pak Suparjo selaku Dukuh Polaman, ikan nil aitu yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat sekitar. Jadi, bukan karena tidak bisa menggunakan ikan jenis lain, karena bisa juga kalau mau pakai udang.

Pak Suparjo - Dukuh Polaman (dokpri)

Mina padi di Pedukuhan Polaman ini punya 31 petani yang nama kelompoknya adalah Sedya Makmur. Program baru berjalan di 2021, jadi sampai sekarang sudah panen 3 kali dan akan masuk ke panen ke-4. Harga jualnya sendiri bagaimana? Dijualnya ke mana?

Nah, hasil padinya ini dikonsumsi sendiri oleh petani, akan dijual jika hasilnya melebihi kebutuhan. Untuk ikannya sendiri dijual melalui online, seperti whatsapp karena penjualan sudah pasti hanya disetiap waktu panen saja. Harganya sendiri disesuaikan dengan pasaran, sekitar 27-28K/kg ikan nila. Tetapi jika untuk end user, atau dikonsumsi sendiri harganya 30K/kg. Apakah dijual hidup saja? Tentu tidak. Ada juga ikan yang dijual dalam bentuk matang atau masakan agar memiliki nilai tambah.

Peran Dompet Dhuafa adalah memberikan penyuluhan, pelatihan, saprotan atau sarana produksi pertanian, dan pendanaan dalam bentuk bibit dan pakan. Setiap 10kg bibit ikan bisa panen sekitar 40-50kg, banyak sekali ya, kawan.

Mas Zahron - Pimpinan DD Yogyakarta (dokpri)

Untuk mewadahi para petani dengan Dompet Dhuafa, ada koperasi. Misal ada keluhan atau butuh sesuatu, akan difasilitasi melalui koperasi tersebut. Satu hal penting, kenapa lokasi Mina Padi pemberdayaan Dompet Dhuafa ini di Pedukuhan Polaman? Karena, daerah ini terhubung dengan Selokan Mataram, selokan yang aliran airnya tidak akan pernah kering, jadi sudah pasti irigasi Mina Padi akan aman dari Selokan Mataram.

Memberi makan ikan di kolam sawah (difotoin Mbak Fifi - jurnalis)

Bukan hanya pertanian, DD Farm juga ada peternakan, salah satunya ini ada di Pedukuhan Banyunganti Kidul, Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo. Lokasi peternakan domba pemberdayaan DOmpet Dhuafa, sebelumnya juga ada sapi, hanya saja masalah PMK ini cukup meresahkan, sehingga cepat diganti dengan domba.

Domba di kandang DD Farm Sentolo (dokpri)

Populasi domba di sini ada 900 ekor, pengirimannya ke mana? Ya, ke mana-mana, sesuai kebutuhan. Siapa saja yang butuh? Banyak, tidak hanya Dompet Dhuafa, walau utamanya adalah sebagai supplier hewan kurban Dompet Dhuafa, peternakan di sini juga jual ke Lembaga lain yang membutuhkan, bahkan kebutuhan perorangan juga bisa beli langsung di peternakan ini.

Wabah PMK ini mengurangi transaksi langsung, meskipun PMK tidak menular ke manusia, hanya ke hewan ruminansia, hewan yang mengonsumsi tumbuhan sebagai makanan utamanya seperti sapi, domba, dan kambing. PMK bisa disembuhkan, tidak mengakibatkan kematian yang parah. Penting untuk setiap peternak menjaga bio security, lalu lintas orang ke peternakan, treatment untuk meningkatkan imun hewan ternak, pemberian vitamin dan antibiotic, dan tidak kalah penting spray disinfektan di kandang. DD Farm sendiri sudah melakukan itu semua, bekerja sama dengan puskesmas Sentolo.

Kondisi seperti ini tidak menyulitkan penjualan, justru yang sulit adalah pengadaannya yang agak tersendat, karena butuh proses yang lebih lama. Begitu hewan datang, akan langsung masuk karantina untuk dicek kesehatannya, jadi insya Allah hewan ternak DD Farm sehat dan layak dijadikan hewan kurban. Hewan yang ada di kandang DD Farm ini diambil dari peternak sekitar dan dari luar daerah.

Di kandang Domba DD Farm Sentolo (Difotoin Mak Dewi - Blogger)

Dimulai sejak 2019, sasarannya adalah peternak sekitar lokasi kandang, dan mereka yang mau untuk belajar. Saat ini ada 6 orang yang merawat ternak, mereka statusnya sebagai pekerja, dan juga dibekali ilmu jika suatu saat mau atau siap untuk memisahkan diri dalam artian mau merawat ternak sendiri, tidak dilepas begitu saja, tetapi akan diberikan modal awal dan pendampingan.

Masih di Yogyakarta, berbicara tentangnya seperti takkan pernah ada akhir, selalu saja ada yang bisa diceritakan. Setelah dari Barat kita menuju ke arah Timur. Ada satu daerah yang cukup jauh dari pusat kota, mungkin sekitar 2 jam menggunakan kendaraan pribadi. Iya, Nglipar, tepatnya adalah Desa Katongan di Kabupaten Gunung Kidul.

(dokpri)

MARVERA, merek dagang UD. Mount Vera Sejati produk olahan lidah buaya. Pemiliknya adalah Mas Alan, seorang yang ingin memajukan kampung halamannya. Tepat di halaman depan ruamahnya tertanam rapi Aloe Vera, gemuk dan sehat, pertanda bahwa dirawat dengan sangat baik.

Lahan di depan rumah yang ditanami Aloe Vera (dokpri)

Aloe vera yang dibudidayakan di sini adalah jenis chinensis baker dan barbadensis miller. Seperti jenis pada umumnya yang ditanam di Kalimantan. Dari sekian jenis aloe vera yang ada, hanya dua jenis tersebut yang tepat untuk dibudidaya dan diolah menjadi berbagai macam produk. Bibit lidah buayanya sendiri didatangkan dari Jawa Timur.

Pak Widodo, Ayahnya Mas Alan (dokpri)

Penanaman lidah buaya ini tidak butuh banyak air, justru harus dapat panas yang cukup, agar daging buahnya memiliki kualitas yang baik. Untuk jarak tanamnya sendiri antara 70-80cm, agar setiap pohonnya mendapatkan ruang gerak yang cukup. Dari bibit awal sampai dengan masa panen butuh waktu sekitar 9 bulan, untuk selanjutnya aloe vera akan bisa dipanen setiap minggu. Woh! Luar biasa sekali, ya, Bestie.

Di kebun Aloe Vera samping rumah (difofotin Mak Dewi - Blogger)

Lidah buaya yang sudah siap panen itu akan turun ke bawah hampir menyentuh tanah atau sudah horizontal posisinya. Aloe vera yang sudah dipanen sebenarnya bisa dimakan langsung, asal ahu cara mengupas yang benar, tidak bisa asal-asalan karena akan membuat rasanya jadi pahit.

Ibu Wagini - Karyawan Mount Vera Sejati (dokpri)

Rasanya enak, ya anyep, tidak ada rasa yang aneh-aneh, teksturnya berlendir di bagian dalam, luarnya tidak karena sudah dicuci.

Lidah buaya kupas (dokpri)

Kalau tidak suka dimakan langsung seperti itu, bisa diolah jadi banyak produk, seperti MARVERA. Hasil produknya sudah tersebar di Yogyakarta ya pastinya, Jakarta, dan Semarang.

 

Proses pengemasan nata de aloe vera (dokpri)

Aloe Vera Cube Drink (dokpri)

Nata de Aloe Vera (dokpri)

Rasanya segar, manis, enak banget kalau dikonsumsi dalam keadaan dingin dan di siang yang terik.

 

Puding Aloe Vera (dokpri)

Rasanya seperti pudding pada umumnya, hanya saja di sini bahan utamanya adalah aloe vera.

 

Keripik Aloe Vera (dokpri)

Rasanya seperti keripik bawang biasanya, enak, gurih, cocok jadi teman baca tulisan ini. He he he.

 

Permen Aloe Vera (dokpri)

Permennya enak, enggak terlalu manis, perpaduan aloe, gula, dan agar-agar.

 

Wedhang Aloe Vera (dokpri)

Minuman yang terbuat dari aloe vera, rasanya manis dan segar, bisa diminum hangat maupun dengan es. Aku lebih suka diminum dingin, segar banget rasanya. Untuk yang penasaran dengan produk olahan lidah buaya Marvera, bisa langsung kontak Mas Alan di 085779800154 atau email: alanjarot88@gmail.com





Komentar

  1. Wow luar biasa sekali...
    Baru tau kalau lidah buaya bisa diolah menjadi berbagai macam olahan panganan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, enggak ada yg kebuang ternyata sampai kulitnya pun.

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah masuk ke blog ini, sila tinggalkan komentar.
:)