Kepercayadirian Meningkatkan Kualitas

Seringkali kita membenarkan perkataan ketika seseorang salah berucap di depan umum, dalam pidato, sambutan, atau membawakan acara. Bahkan, kesalahan tersebut bisa menjadi bahan bully yang berkelanjutan. Padahal, belum tentu kita bisa memiliki keberanian yang sama untuk berbicara di depan umum. Banyak orang yang pandai berbicara tetapi tidak pandai menulis, juga sebaliknya.
Sarasehan #4 kegiatan rutin Tau Dari Blogger yang dilaksanakan di gedung sapta pesona, mengangkat tema "Komunikasi yang baik, meningkatkan percaya diri".

Serunya acara karena saya menjadi MC dan untuk pertama kalinya ditambah tidak adanya persiapan. Modal nekat sesuai tema, anggaplah saya langsung memraktikkannya. Dengan dua narasumber, Elisa  Koraag dan Gita Siwi. Begitu banyak pelajaran yang didapat, mereka tidak pelit ilmu. Untuk sesi latihan bersama, diambil dua pasangan tandem (laki-laki dan perempuan). Ternyata cukup sulit untuk membangun percakapan yang pas saling melengkapi. Kelebihannya adalah, saat kita lupa mau berbicara apa, akan ada partner yang melengkapi. Dibanding MC tunggal yang harus betul-betul menguasai apa yang akan dibicarakan, baik dan buruk akan ditanggung sendiri.

Masalah yang paling sering adalah grogi, memegang kertas rundown sampai terlihat gemetaran. Mengatasinya adalah dengan percaya diri, yakinlah hanya kita yang tahu apa yang akan dibicarakan. Tulus dalam berbicara, agar apa yang kita sampaikan bisa benar-benar tersampaikan. Juga harus update informasi, jangan sampai salah mengucap karena kita tidak tahu apa yang sedang terjadi di luar sana. Ketidakpercayadirian bisa membuat berantakan, sebelum bicara di depan umum, selesaikan dahulu segala urusan dalam diri kita, siapkan penampilan sebaik mungkin. Penampilan yang baik bisa menciptakan suasana yang nyaman. Jika suasana menghangat, itu artinya kita sudah menguasai audiens.

Berbicara di depan umum tidak hanya bertatap langsung, seperti halnya penyiar radio. Penyiar memang tidak terlihat, tetapi pendengar bisa merasakan bagaimana suasana hati kita jika tidak dikontrol. Itu lah, mengapa kita harus bicara dengan ketulusan, pendengaran lebih peka untuk merasakan. Pengalaman MC pertama saya semakin luar biasa karena langsung dibenarkan oleh ahlinya. Bapak Iqbal Alamsyah dari Kementrian Pariwisata menyampaikan sepatah dua patah kata sebagai penutup.

Komentar