Bersyukur itu Menyelamatkan Jiwa Raga

Cerita tentang kehidupan itu enggak akan ada habisnya, apapun bisa diceritakan. Semua yang terjadi bisa dibuat kisah, yang belum terjadi pun bisa diusahakan agar terjadi. Setiap orang pasti punya mimpi, entah sekecil apa pun, mungkin terlihat sepele bagi yang lain tapi terlihat sangat berarti untuk dirinya.

Aku juga punya mimpi, harapan, dan doa-doa yang melangit. Terkabul atau tidak, ya, aku hanya percaya Allah hanya akan kasih yang terbaik buat aku. Enggak dipungkiri kalau aku juga suka sedih, dan layaknya anak muda pasti mengalami gejolak. Kalau dipikir setelah semua terlewati, sih, jadi bikin bersyukur dan enggak marah lagi sama Allah.

Aku pernah ada di bawah banget, posisi di bawah setiap orang pasti beda, ya, ada yang terpuruk karena cinta, karier, atau keluarga. Tapi, semuanya sama-sama membuat kita berpikir Tuhan enggak adil, kenapa harus kita, kenapa harus begini-begitu, dan lain-lain. Tapi layaknya cinta dan benci, kesedihan dan kebahagiaan itu selalu beriringan, mereka adalah peluk yang tak jadi, cumbu yang berpunggung.


Enggak jarang kita lihat orang yang kalau lagi bahagia sampai seperti dapat bintang jatuh, durian runtuh, atau ketiban bulan. Bahagianya berlebihan, dibahas ke sana-sini, senang tapi terkesan sombong di telinga orang lain. Mungkin dia enggak sadar, tapi kalau dikasih tahu rentan banget dia bakal musuhin kita. Huhuhu.

Terus sebaliknya, kalau lagi dapat musibah dia bakalan lebay banget, meratap di media sosial, seolah-olah dia adalah satu-satunya pesakitan di dunia ini. Eeeaaa. Ini kayaknya aku yang lebay. Hahahahha. Tapi, ya, bener ada, lho, orang yang kayak gitu, aku yakin teman-temanku semua sadar diri, kalau enggak sadar diri berarti bukan temanku. *eh

Padahal, ya, kita tahu kalau enggak ada yang abadi di dunia ini, semua memiliki waktunya masing-masing, memiliki saatnya untuk berperan lebih dalam hidup kita. Tapi, semua akan segera berubah, kalau berpikir kebahagiaan yang sedang dirasakan itu cepat menghilang berganti kesedihan, seharusnya pemikiran yang sama juga berlaku untuk kesedihan. Kesesihan akan berganti kesedihan, kan katanya akan ada pelangi setelah datangnya hujan.

Semua di dunia ini punya porsinya masing-masing. Aku sendiri kalau lagi sedih atau bahagia sebisa mungkin untuk menahan rasa yang berlebihan. Senang sih boleh, tapi biasa saja, cukup dengan bersyukur sebanyak-banyaknya. Bukan enggak mau cerita ke orang-orang, karena aku rasa mereka enggak butuh cerita tapi butuh efek dari kebahagiaan kita. Kalau kita bahagia, berbagilah dengan tebar senyum, membantu orang lain, atau menyapa ceria orang-orang yang kita kenal biar energinya juga mengalir ke mereka. 

Kalau lagi sedih, galau, terpuruk, merasa hancur banget, aku enggak akan marah-marah ke siapa pun. Sering kali aku jadi mikir, kenapa bisa terjadi, ya? Apa yang aku lakukan sampai terjadi hal ini dan itu? Bisa enggak, ya, kembali normal atau keadaan enggak baik ini secepatnya berlalu? 

Sebenarnya, ya, setiap peristiwa yang kita alamin, yang terjadi di diri kita itu pasti ada pesan yang berarti banget. Aku yakin Allah itu enggak memberikan itu semua ke kita tanpa alasan. Misalnya kita lagi terpuruk, coba deh diingat lagi apa yang pernah kita lakukan di masa lalu, apa ada yang tersakiti oleh ucapan dan perbuatan kita, sehingga kita mendapat balasannya.

Dalam kesusahan kita diajarin untuk menguatkan mental untuk bisa bangkit lagi, untuk bisa selalu merasa bersyukur atas apa yang kita punya. Seperti yang aku bilang di awal, enggak sedikit orang yang lagi dalam kesedihan justru mencari kambing hitam, dan melampiaskannya di media sosial.

Saat kita sedang bahagia, mendapatkan apa yang kita impikan, mencapai apa yang kita perjuangkan, di situ kita harusnya bersyukur sebanyak mungkin. Melihat di luar sana masih ada yang jauh lebih hebat dari kita, lebih baik dari kita, jadi kayaknya enggak penting buat mengapresiasi suatu keberhasilan dengan berlebihan.

Kalau ibarat roda berputar, saat di bawah aku butuh banget dukungan dari luar buat meyakinkan diri aku sendiri bahwa aku bisa melewati ini semua, dan percaya semua pasti berlalu. Cerita sama teman yang bisa dipercaya banget, kalau harus nangis ya aku bakal nangis tapi sewajarnya, enggak sampai meratapi hidup. Hihihi.

Nah, saat posisi aku di atas, aku jadi merasa bersyukur banget karena semua yang aku lewati bukan tanpa alasan, yang aku lalui adalah proses untuk sampai ke atas. Dan, yakin bahwa apa pun yang kita rencanakan, tetap rencana Allah yang paling baik.


Komentar

  1. Kog gw ikutan baper ya bacanya hikshiks. Bener banget bahagia jangan berlebihan dan saat kita dalam kondisi terpuruk ingatlah kita tidak sendiri. Akupun pernah merasakan terpuruk banget saat udah 2 tahun nikah tapi juga belum hamil2 hehe tapi juga ga perlu koar koar sono sini kan ya hehe yg ada ntr orang jadi nyukurin kalo ga suka kita. Alhamdulilah sekarang sudah bisa merasakan senyum buat masa2 susah itu xixi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah masuk ke blog ini, sila tinggalkan komentar.
:)